Tidak ada lagi tegur sapa yang manis seperti dulu,
mungkin benar tentang sifatnya.
Tapi otak ini terbiasa diskusi dengannya hngga larut,
hingga malam berganti dini.
Aku tlah manja padanya.
Aku memikirkannya.
Tapi ini fitnah,
bukan duka.
Dia memfitnahku dengan kabar dukanya.
Aku benci,
namun tak sampai hati.
Aku ingin mendengarkan suara bising.
Nah, sekarang telah ku dengar.
Dan aku sengaja melupakannya dengan bising yang mendekatiku.
Apa yang harus aku perbuat ?
Apa yang mesti aku harap ?
Kabar darinya tak kunjung sampai,
mungkin karna tidak dikirim.
Sayank,
ternyata aku mengharapnya,
puisinya,
kabar dukanya,
tawanya,
fitnahnya....
Saturday, May 17, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment