Saturday, May 17, 2008

Tetap Matahariku

dia begitu terang,
sehingga dia bisa menghangatkanku
terus memberikan seluruh cahayanya untukku
terus memberikan ketenangan,
dan kebahagiaan saat dia ada di hadapanku
dia pun tak lupa meninggalkan jejak cahayanya untukku,
dan slalu iringi rinduku untuk dirinya.


Saat sepi,
sunyi dapat merasakan damai,
bisa memandang rembulan yang tersenyum pada bintang.
Seakan mereka abadi.
Tapi,
saat Sang Surya menyapa,
bulan menghilang.
Tetapi bintang tetap ada,
namun sayang tak terlihat.
Karna bintang tak kuasa menyaingi Sang Surya.
Dan kan begitu selamanya.

Tidak ada lagi tegur sapa yang manis seperti dulu,
mungkin benar tentang sifatnya.
Tapi otak ini terbiasa diskusi dengannya hngga larut,
hingga malam berganti dini.
Aku tlah manja padanya.
Aku memikirkannya.
Tapi ini fitnah,
bukan duka.
Dia memfitnahku dengan kabar dukanya.
Aku benci,
namun tak sampai hati.

Aku ingin mendengarkan suara bising.
Nah, sekarang telah ku dengar.
Dan aku sengaja melupakannya dengan bising yang mendekatiku.
Apa yang harus aku perbuat ?
Apa yang mesti aku harap ?
Kabar darinya tak kunjung sampai,
mungkin karna tidak dikirim.
Sayank,
ternyata aku mengharapnya,
puisinya,
kabar dukanya,
tawanya,
fitnahnya....