SURABAYA SKATE
Para remaja di Surabaya yang mempunyai hobi "mengendarai" papan skate mulai menunjukkan eksistensinya, seiring dengan semakin dikenalnya komunitas Surabaya Skate.
Awalnya, komunitas ini hanya terdiri dari beberapa remaja saja. Mereka adalah Iput, Putu, Naro, Dadang dan Adit. Mereka mempunyai hobi yang sama. "Kita sama- sama suku maen skate," ungkap Adit, mahasiswa semester 9 STIKOSA- AWS. Bersama Iput, Adit mengelola website dari komunitas ini, yaitu surabayaskate.2ya.com.
Para remaja yang menyebut diri mereka "anak lama" tersebut juga mengungkapkan bahwa banyak hambatan yang harus mereka lalui untuk bisa latihan skate. Di lapangan Kotamadya Surabaya (KS), mereka sering mengalami kehilangan alat dan sering diusir satpam. Kemudian mereka pindah tempat latihan ke lapangan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Tepatnya di dekat Fakultas Desain Produk ITS.
"Kalo di ITS, tempatnya lebih aman dan nyaman ketimbang di lapangan KS," jelas Adit.
Disinggung tentang tempat latihan, mereka mengakui bahwa di surabaya ini belum ada tampat yang benar- benar layak untuk dibuat latihan skate. Misalnya di Taman Bungkul Surabaya yang baru dibangun. "Kondisi semen sudah retak- retak. Model obstacle tidak sesuai (lebih sesuai untuk anak BMX). Dan lagi harus rela berbagi lapangan dengan anak BMX," ungkap Adit.
Meskipun begitu, para skater di Surabaya tetap semangat berlatih. Mereka ingin menunujukkan bahwa mereka professional dan kreatif. Tidak sedikit dari mereka yang ikut mengukir prestasi di dunia skate. Misalnya Sani Harmadhani (20). Di tahun 2003, anak bungsu dari 3 bersaudara ini meraih juara I di acara Clear Se- Surabaya dan juara III di acara City Surf Open Se- Indonesia. Lulusan D1 jurusan desain grafis Kampus PCP Unair ini mengawali kegiatan skatenya saat masih duduk di kelas 1 SMP.
`"Waktu itu kalo latihan, aku sering jatuh dan harus dijahit. Tapi itu nggak bikin aku patah semangat. Malah bikin penasaran," ungkap Sani. Pengagum Steve Cabalero dan Christ Cole ini menggunakan papan skate berukuran 7.5 dan sepatu Vans saat latihan di Taman Bungkul Suarabaya. Ada lagi, Nasa, skater asal Sidoarjo yangmewakili ISA (Indonesian Skate Association) pernah disponsori Volcom, salah satu brand ternama.
"Komunitas kita juga ikut berpartisipasi dalam terbitnya majalah 'Happen Magazine'. Majalah ini gratis dan terbit sebulan sekali, setiap tanggal 20," ungkap Iput dan Adit yang menjabat sebagai distributor wilayah Surabaya. Anggota redaksi lainnya tersebar di beberapa daerah lainnya di Indonesia. Majalah ini membahas segala sesuatu tentang Skate, mulai dari style, sampai perkembangan tempat latihan skate di daerah- daerah di Indonesia.
Setiap tanggal 21 Juni dirayakan sebagai hari Skate Internasional, dengan motto "Leave Your Rutinity and Let's Skate". Para skater Surabaya pun ikut merayakannya dengan 'mengendarai' papan skate di jalanan. "Tentunya sesuai rute yang telah ditentukan. Tujuan kita mengenalkan skate kepada khalayak bahwa skate juga seperti olah raga pada umumnya, jawabnya jelas.
Para remaja yang menyebut diri mereka "anak lama" tersebut juga mengungkapkan bahwa banyak hambatan yang harus mereka lalui untuk bisa latihan skate. Di lapangan Kotamadya Surabaya (KS), mereka sering mengalami kehilangan alat dan sering diusir satpam. Kemudian mereka pindah tempat latihan ke lapangan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Tepatnya di dekat Fakultas Desain Produk ITS.
"Kalo di ITS, tempatnya lebih aman dan nyaman ketimbang di lapangan KS," jelas Adit.
Disinggung tentang tempat latihan, mereka mengakui bahwa di surabaya ini belum ada tampat yang benar- benar layak untuk dibuat latihan skate. Misalnya di Taman Bungkul Surabaya yang baru dibangun. "Kondisi semen sudah retak- retak. Model obstacle tidak sesuai (lebih sesuai untuk anak BMX). Dan lagi harus rela berbagi lapangan dengan anak BMX," ungkap Adit.
Meskipun begitu, para skater di Surabaya tetap semangat berlatih. Mereka ingin menunujukkan bahwa mereka professional dan kreatif. Tidak sedikit dari mereka yang ikut mengukir prestasi di dunia skate. Misalnya Sani Harmadhani (20). Di tahun 2003, anak bungsu dari 3 bersaudara ini meraih juara I di acara Clear Se- Surabaya dan juara III di acara City Surf Open Se- Indonesia. Lulusan D1 jurusan desain grafis Kampus PCP Unair ini mengawali kegiatan skatenya saat masih duduk di kelas 1 SMP.
`"Waktu itu kalo latihan, aku sering jatuh dan harus dijahit. Tapi itu nggak bikin aku patah semangat. Malah bikin penasaran," ungkap Sani. Pengagum Steve Cabalero dan Christ Cole ini menggunakan papan skate berukuran 7.5 dan sepatu Vans saat latihan di Taman Bungkul Suarabaya. Ada lagi, Nasa, skater asal Sidoarjo yangmewakili ISA (Indonesian Skate Association) pernah disponsori Volcom, salah satu brand ternama.
"Komunitas kita juga ikut berpartisipasi dalam terbitnya majalah 'Happen Magazine'. Majalah ini gratis dan terbit sebulan sekali, setiap tanggal 20," ungkap Iput dan Adit yang menjabat sebagai distributor wilayah Surabaya. Anggota redaksi lainnya tersebar di beberapa daerah lainnya di Indonesia. Majalah ini membahas segala sesuatu tentang Skate, mulai dari style, sampai perkembangan tempat latihan skate di daerah- daerah di Indonesia.
Setiap tanggal 21 Juni dirayakan sebagai hari Skate Internasional, dengan motto "Leave Your Rutinity and Let's Skate". Para skater Surabaya pun ikut merayakannya dengan 'mengendarai' papan skate di jalanan. "Tentunya sesuai rute yang telah ditentukan. Tujuan kita mengenalkan skate kepada khalayak bahwa skate juga seperti olah raga pada umumnya, jawabnya jelas.
No comments:
Post a Comment